Kamis, 15 November 2007

Kedewasaan

KEDEWASAAN

Banyak orang takut akan kesulitan dan kesedihan atau masalah yang menimpa dirinya. Mereka lebih suka untuk menikmati kondisi aman tanpa adanya usaha sama sekali untuk merubah hidupnya menuju kearah yang lebih baik. Dalam hidupnya yang ada hanya menanti apa-apa yang akan terjadi pada dirinya.

Sebenarnya kalau kita mau untuk mencermati dibalik masalah-masalah yang kita telah lewati tersembunyi berbagai pengajaran yang tidak semua orang bisa dapatkan. Tuhan kita tahu bahwa kita mampu untuk menyelesaikan segala musibah yang menimpa kita. Hal ini dapat kita lihat pada firman-NYA yaitu: “Tidakklah KAMI menguji seorang hamba kecuali sesuai dengan batas kemampuannya.” Disini jelas bahwa dengan adanya musibah atau dalam hal ini masalah yang menimpa kita sehari-hari, berarti kita telah dipercaya oleh Allah SWT bahwa kita mampu untuk menyelesaikannya. Apakah kita akan mengingkarinya? Kita itu mampu mengatasi segala problem yang kita hadapi.

Banyak orang yang telah dewasa secara lahir, tapi mencari seseorang yang mempunyai kedewasaan pikirannya bagaikan mencari jarum di laut. Sulitnya minta ampun. Sesungguhnya dibalik rangkaian masalah yng kita dapat itu merupakan sarana bagi kita untuk menjadi seorang individu yang bertanggung jawab. Dan itulah yang akan mengantarkan kita untuk belajar menjadi seorang yang dewasa secara pikiran. Kita dapat melihat kenyataan bahwa anak yang berkembang di lingkungan yang tenang, tidak terbiasa dengan kesulitan hidup, maka pikirannya akan sulit untuk mencapai kematangan. Mereka masih cenderung kekanak-kanakan dan mau enaknya saja. Mereka bisanya cuma memerintah, mau semuanya jadi, dan akan sulit untuk diajak kerjasama karena Egonya yang sangat besar. Bandingkan dengan anak yang hidup di lingkungan yang terbiasa hidup susah, untuk makan saja mereka harus bekerja keras. Secara pikiran pasti mereka akan lebih maju dibanding anak-anak yang tadi. Mereka mengerti lebih jauh tentang apa arti hidup itu sendiri.

Untuk menjadi indvidu yang matang dalam pikirannya, tidaklah segampang membalik telapak tangan ’BRAK’ saja, akan tetapi diperlukan suatu proses yang tidak singkat. Rangakian masalah itulah yang akan mengantarkan kita menuju kematangan tersebut. Allah telah men-set apa-apa yang akan mengantarkan kita sesuai usia kita. Jadi rangkaian masalah itu tidaklah akan menenggelamkan kita, tetapi justru akan membuat kita mengerti berbagai pelajaran yang tidak semua orang bisa mengambil hikmah dibalik masalah-masalah yang kita hadapi.

Jadi untuk apa kita harus takut dengan masalah-masalah yang menimpa kita? Masalah itu untuk diselesaikan, bukan untuk disembunyikan bang! Jangan menutup masalah dengan masalah baru. Selesaikan secara tuntas biar gak jadi ganjalan di hati kita. Sebenarnya hal itu sangat sulit untuk dilaksanakan, termasuk saya sendiri. Rasa kekanak-kanakan memang sulit sekali untuk hilang walaupun saya sudah masuk keperguruan tinggi. Mari kita bersama-sama berusaha untuk menjadi lebih baik, karena orang yangnsukses hakikatnya adalah orangyang hari ini lebih baik dari hari kemarin, dan hari esok haruslah lebih baik dari hari ini. Semoga Allah SWT memberikan kemampuan kepada kita untuk bis melaksanakan niat kita untuk selalu menjadi hamba yang semakin baik.

Terima Kasih
Abdul Basyir

KEDEWASAAN

Banyak orang takut akan kesulitan dan kesedihan atau masalah yang menimpa dirinya. Mereka lebih suka untuk menikmati kondisi aman tanpa adanya usaha sama sekali untuk merubah hidupnya menuju kearah yang lebih baik. Dalam hidupnya yang ada hanya menanti apa-apa yang akan terjadi pada dirinya.

Sebenarnya kalau kita mau untuk mencermati dibalik masalah-masalah yang kita telah lewati tersembunyi berbagai pengajaran yang tidak semua orang bisa dapatkan. Tuhan kita tahu bahwa kita mampu untuk menyelesaikan segala musibah yang menimpa kita. Hal ini dapat kita lihat pada firman-NYA yaitu: “Tidakklah KAMI menguji seorang hamba kecuali sesuai dengan batas kemampuannya.” Disini jelas bahwa dengan adanya musibah atau dalam hal ini masalah yang menimpa kita sehari-hari, berarti kita telah dipercaya oleh Allah SWT bahwa kita mampu untuk menyelesaikannya. Apakah kita akan mengingkarinya? Kita itu mampu mengatasi segala problem yang kita hadapi.

Banyak orang yang telah dewasa secara lahir, tapi mencari seseorang yang mempunyai kedewasaan pikirannya bagaikan mencari jarum di laut. Sulitnya minta ampun. Sesungguhnya dibalik rangkaian masalah yng kita dapat itu merupakan sarana bagi kita untuk menjadi seorang individu yang bertanggung jawab. Dan itulah yang akan mengantarkan kita untuk belajar menjadi seorang yang dewasa secara pikiran. Kita dapat melihat kenyataan bahwa anak yang berkembang di lingkungan yang tenang, tidak terbiasa dengan kesulitan hidup, maka pikirannya akan sulit untuk mencapai kematangan. Mereka masih cenderung kekanak-kanakan dan mau enaknya saja. Mereka bisanya cuma memerintah, mau semuanya jadi, dan akan sulit untuk diajak kerjasama karena Egonya yang sangat besar. Bandingkan dengan anak yang hidup di lingkungan yang terbiasa hidup susah, untuk makan saja mereka harus bekerja keras. Secara pikiran pasti mereka akan lebih maju dibanding anak-anak yang tadi. Mereka mengerti lebih jauh tentang apa arti hidup itu sendiri.

Untuk menjadi indvidu yang matang dalam pikirannya, tidaklah segampang membalik telapak tangan ’BRAK’ saja, akan tetapi diperlukan suatu proses yang tidak singkat. Rangakian masalah itulah yang akan mengantarkan kita menuju kematangan tersebut. Allah telah men-set apa-apa yang akan mengantarkan kita sesuai usia kita. Jadi rangkaian masalah itu tidaklah akan menenggelamkan kita, tetapi justru akan membuat kita mengerti berbagai pelajaran yang tidak semua orang bisa mengambil hikmah dibalik masalah-masalah yang kita hadapi.

Jadi untuk apa kita harus takut dengan masalah-masalah yang menimpa kita? Masalah itu untuk diselesaikan, bukan untuk disembunyikan bang! Jangan menutup masalah dengan masalah baru. Selesaikan secara tuntas biar gak jadi ganjalan di hati kita. Sebenarnya hal itu sangat sulit untuk dilaksanakan, termasuk saya sendiri. Rasa kekanak-kanakan memang sulit sekali untuk hilang walaupun saya sudah masuk keperguruan tinggi. Mari kita bersama-sama berusaha untuk menjadi lebih baik, karena orang yangnsukses hakikatnya adalah orangyang hari ini lebih baik dari hari kemarin, dan hari esok haruslah lebih baik dari hari ini. Semoga Allah SWT memberikan kemampuan kepada kita untuk bis melaksanakan niat kita untuk selalu menjadi hamba yang semakin baik.

Terima Kasih
Abdul Basyir

Pendidikan Kita

PENDIDIKAN KITA

Akhir-akhir ini banyak sekali bencana yang terjadi di Indonesia baik dari bencana alam, politik, ekonomi, sosial, serta pendidikan. Berkitan dengan pengumuman kelulusan ujian akhir nasional, banyak sekali peristiwa yang sangat memprihatinkan, baik dari kalangan murid, dewan guru, ataupun dari departemen pendidikan itu sendiri. Dalam pengumuman tersebut ternyata banyak sekali siswa yang tidak lulus ujian nasional. Kenyataan tersebut menimbulkan reaksi yang bermacam-macam dari berbagai pihak. Ada yang menyalahkan departemen pendidikan yang dinilai terlalu tinggi menetapkan standar nilai minimum, ada yang menyalahkan murid yang kurang seruius dalam belajar, dan masih banyak lagi.

Dari sudut pandang murid, mereka merasa sangat dirugikan dengan kenyataan ketidaklulusan mereka. Ketidakpuasan itu mereka ungukapkan dengan berbagai cara, ada yang demo, menghajar gurunya, dan ada yang sampai membakar sekolahnya sendiri. Sangat memprihatinkan memang melihat kondisi tersebut mengingat bangsa ini sedang sibuk menangani berbagai musibah yang silih berganti diberbagai daerah. Satu bencana belum selesai selalu disusul oleh bencana yang lain. Salah satu televisi swasta menyiarkan alasan para siswa tidak terima keputusan tersebut karena mereka telah diterima PMDK di ITB, IPB, UGM, bahkan ada yang mendapat Bea Siswa sampai keluar negeri tepatnya Jerman. Mereka tidak bisa mengambil kesempatan itu karena mereka gagal melewati UAN. Oleh karena itu mereka merasa dijadikan bahan percobaan Departemen Pendidikan untuk meningkatkan indek pendidikan di Indonesia.

Dari satu topik tersebut terdapat banyak hal yang bisa dikoreksi demi kebaikan bangsa Indonesia. Yang pertama tentang upaya DEPDIKNAS untuk meningkatkan indek pendidikan di Indonesia dengan meningkatkan nilai minimum dalam UAN, memang benar usaha tersebut ditujukan untuk memacu siswa untuk belajar lebih rajin dan lebih serius untuk masa depan mereka. Akan tetapi mereka juga harus memikirkan dan meninjau sisi sekolah itu sendiri. Sudah berkualitaskah guru-gurunya, kelengkapan sarana dan prasarana sekolah, buku-buku, dll yang mendukung perkembangan siswa. Kalau dana utnuk pendidikan saja sangat minim, mana bisa maju negara ini mengingat pendidikan merupakan hal yang sangat menentukan kualitas SDM suatu bangsa. Kalau faktor-faktor tersebut sudah tercukupi, mungkin pantas bila DEPDIKNAS mematok nilai berapa pun untuk batas minimal nilai UAN.

Yang kedua tentang siswa, apakah mereka itu sudah mengaca seberapa jauhkah pemahaman mereka tentang pelajaran yang diujikan dalam UAN. Seberapa keraskah usaha mereka belajar untuk menguasai materi yang diujikan. Apa alasan mereka tidak terima dengan keputusan pengumuman UAN? Sangat lucu sekali kalau dipikir bila ada seorang siswa yang tidak mau menerima hasil UAN-nya tetapi dia sendiri belum melihat dirinya sendiri. Apakah mereka sudah cukup pintar dengan pelajaran yang diujikan sehingga saat ada pengumuman yang menyatakan bahwa mereka tidak lulus langsung mereka tidak terima dengan alasan yang tidak jelas dan hanya ingin membela diri dan rasa malu mereka.

Yang ketiga dari sisi perguruan tinggi yang menerima mereka melalui jalur PMDK, Bea Siswa ke luar negeri. Kira-kira apa yang menjadi dasar mereka menerima siswa yang kenyataan membuktikan siswa-siswa tersebut mendapat nilai 4 matematikannya. Ini dari data siswa yang palsu atau dari sistem penyeleksiannya yang sudah tidak sehat lagi. Perguruan tingi hendaknya lebih serius dalam menyeleksi siswa yang berhak mendapatkan PMDK, Bea Siswa pendidikan dsb. Hal itu untuk menghindari adanya salah sasaran seperti yang telah banyak terjadi.

Bagaimana pendapat anda menyikapi hal tersebut?